Abdul Halim, Pahlawan Sampah dari Ujung Barat Indonesia

Masalah sampah bukan hanya menjadi PR di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung atau Medan, tetapi juga menjadi persoalan penting di kota kecil ujung barat Indonsia, tepatnya Biereun, Aceh. Penumpukan sampah yang kian hari bertambah menggunung menggelitik hati Abdul Halim untuk menyumbangkan pikiran dan tenaga agar masalah tersebut bisa segera teratasi.  

Keprihatinan lelaki yang sudah lama menaruh perhatian terhadap lingkungan ini terus bertambah karena setiap hari menyaksikan sampah berserakan dimana-mana. Bahkan tidak sedikit selokan dan sungai yang tidak bisa mengalirkan air karena tertutup sampah. 

Kepedulian terhadap Sampah masih Harus Terus Ditingkatkan

Semangat Abdul Halim untuk berperan dalam menangani sampah semakin bertambah karena sadar tenyata tidak semua orang peduli terhadap masalah lingkungan ini, sedangkan dampaknya luar biasa. Sampah tidak hanya mengganggu pandangan karena berserakan dimana-mana, namun juga menyebabkan banjir dan mau busuk setiap saat. 

Dampak negatif dari sampah juga sangat panjang sebab gas metana yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan. Kerugian yang disebabkan oleh sampah tidak hanya saat ini, tetapi juga dalam jangka panjang. 

Keprihatian lelaki yang biasa disapa dengan panggilan Halim ini terus bertambah karena tidak semua orang yang ada disekitarnya mau terlibat dan peduli dengan masalah sampah.

Anak-anak muda yang diajak bersama mengelola sampah, tidak sedikit yang menolak dengan berbagai alasan. Bahkan tidak jarang yang menyampaikan bahwa persoalan tersebut bukan bagiannya untuk mengatasi. 

Begitu juga dengan kelompok masyarakat yang lain. Ketika Halim mengajak agar semua terlibat dan membantu memudahkan penanganan sampah, seperti mengelompokkannya sebelum membawa ke tempat pembuangan akhir, banyak yang tidak mau mengikutinya. 

Halim pernah menyampaikan bahwa memang benar sampah menjadi tanggung jawab pemerintah, namun masyakarat perlu terlibat agar masalah ini tidak semakin membesar. Cukup banyak dana yang harus dikeluarkan untuk menangani sampah, jika masyarakat mau terlibat maka jumlah dana tersebut bisa ditekan. 

Halim pun mencari cara agar kepedulian masyarakat terhadap masalah lingkungan ini semakin meningkat. Dari sekian banyak kelompok masyarakat, ibu-ibu PKK yang paling mudah untuk diajak bekerja sama dalam mengelola sampah dengan edukasi terlebih dulu. 

Mendirikan Bank Sampah

Sebagai langkah dalam mengurangi tumpukan sampah dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk secara mandiri mengolah samoah keluarga, Halim mendirikan bank sampah. Halim pun kemudian berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam pengolahan sampah tersebut.

Setiap hari Halim mengajak masyarakat untuk menabung sampah di bank sampah yang dikelolanya. Sebelum menyerahkan sampah ke bank sampah, masing-masing keluarga harus memisahkannya terlebih dulu dalam kelompok sampah organik dan anorganik. 

Bank sampah ini diberi nama Bank Sampah Asri atau BSA. Pendirian BSA ternyata menjadi jalan bagi Halim untuk semakin mudah mengajak masyarakat dalam menangani permasalahan sampah di tempat tinggalnya. Masyarakat semakin paham bahwa penanganan sampah cukup mudah dan bisa dilakukan oleh semua orang. 

Sebagai langkah untuk meminimalkan sampah dan meningkatkan perekonomian masyarakat berbasis limbah keluarga ini, Halim juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sampah keluarga secara maksimal.

Dari sampah yang sudah dipilah sebagian dibuat berbagai macam barang yang berguna sehingga meminimalkan pengeluaran keluarga. Keterampilan dalam mengolah sampah tersebut juga menjadi jalan pembuka rezeki bagi sebagian masyarakat karena dapat menjual hasilnya sehingga mendapatkan uang. 

Kemampuan Abdul Halim dalam menangani sampah terus bertambah setelah mengikuti acara di Surabaya. Ilmu yang diperoleh di kota pahlawan tersebut kemudian dipraktekkan dan diajarkan kepada masyarakat sehingga masalah sampah di Bieren sedikit demi sedikit dapat teratasi. 

Program Pengolahan Sampah untuk Masa Depan Bumi

Halim terus melakukan upaya agar masalah limbah keluarga bisa semakin diminimalkan dengan melibatkan semua masyarakat. Bersama teman-temannya yang juga menaruh perhatian terhadap masalah ini, Halim membuat konsep pengolahan sampah terpadu.

Program ini mempunyai tujuan untuk meminimalkan dampak tumpukan sampah meningkatkan pendapatan masyarakat dan melestarikan bumi untuk kepentingan masyarakat. 

Bantuan pun akhirnya datang, termasuk dari kementerian lingkungan hidup dan kehutanan. Dana tersebut digunakan untuk memenuhi sarana dalam menangani sampah, seperti tempat sampah dan armada untuk angkutan limbah rumah tangga tersebut. 

Sebagai langkah untuk semakin menyadarkan masyarakat akan pentingnya penanganan sampah, Halim juga menggunakan media sosial yang bertujuan untuk memberikan edukasi. Ternyata hal ini cukup efektif karena bisa menjangkau lebih banyak masyarakat untuk terlibat langsung dalam pelestarian lingkungan. 

Kontribusi Abdul Halim ini kemudian mengantarkannya untuk mendapatkan apresiasi dalam Satu Indonesia Award atau SIA yang merupakan penghargaan dari Astra untuk masyarakat yang berkontribusi pada perubahan. 

Abdul halim sudah membuktikan kepeduliannya terhadap masalah sampah yang membawa dampak buruk di masa sekarang dan yang akan datang. Jika Halim mampu, kita pun pasti juga bisa. Kini saatnya memberikan kontribusi kepada masyarakat dan negara agar menjadi lebih baik. 

Leave a Comment